Semarang – Dalam rangka menyongsong datangnya Lebaran Idul Fitri 1446 H/2025 yang tinggal beberapa minggu lagi, Pondok Pesantren Fatimah Az Zahra bersama Yayasan Nurul Iman Kec. Genuk Semarang, Jawa Tengah, pada Rabu, 19/03/2025 menyelenggarakan kegiatan Dialog Wawasan Kebangsaan mengambil lokasi di Aula Gedung Serbaguna SD IT Nurul Iman Jl. Tlogo Kec. Genuk Kota Semarang.
Kegiatan tersebut sebagai upaya untuk meminimalisir tumbuh kembangnya pemahaman Intoleransi, Radikalisme dan Terorisme dilingkungan sekitar wilayah Jawa Tengah.
Adapun tema kegiatan yaitu “Jadikan Momentum Ramadhan Karim 1446 H Untuk Meningkatkan Keimanan & Ketaqwaan Guna Membentuk Pribadi Muslim Yang Rahmatan Lil Alamiin”.
Acara dihadiri oleh sekitar 100 orang peserta yang berasal dari Lingkungan Yayasan Nurul Iman dari tenaga pengajar/guru maupun karyawan di Kegiatan Belajar Tingkat TK IT, SD IT dan Ponpes Fatimah Az Zahra Putri, Pihak Yayasan juga mengundang nara sumber dari Instansi Pemerintah/Kementerian Lembaga, diantaranya yaitu H. Ali Ansori, S.Pd.I, M.Pd, Bidang PD Pondok Pesantren Kanwil Kemenag Prov. Jateng, Perwakilan Tim Idensos Densus 88 AT Polri, Ustadz Arif Siswanto (Tokoh Agama/Pengamat Dunia Islam) dari Surakarta dan Kapolsek Genuk Polrestabes Semarang Kompol. Rusmanto, S.H.
Ketua Yayasan Nurul Iman Zainal Abidin M.Z, S.H berharap dengan kegiatan ini bisa menambah pengetahuan pemahaman wawasan kebangsaan dan menjadi warga negara yang baik khususnya sebagai tenaga pendidik yang memiliki tugas mendidik dan menghasilkan generasi Muslim yang bertakwa serta memiliki wawasan siap memimpin bangsa, pendidik juga menjadi garda terdepan sekaligus Muslim yang Pancasilais.
“Pendidik bukan sekedar menjadi panutan siswa didik semata, melainkan lebih kearah menjadi garda terdepan untuk dapat mempersiapkan siswa santri dan santriwati generasi muda Muslim yang beriman bertakwa dan berwawasan kedepan siap untuk memimpin bangsa dimasa mendatang,” katanya.
Kemenag Prov. Jateng H. Ali Ansori, S.Pd.I, M.Pd, memberikan pemahaman seputar “Peran Pesantren dalam Menjaga Islam yang Rohmatan Lil Alamiin (Moderasi Beragama), dimana membahas perkembangan Pondok Pesantren dan jenjang Pendidikan Islam yang mendapat pengakuan Negara dengan diakuinya ijazah sekolah dilingkungan Pondok Pesantren dan pentingnya Moderasi untuk mengambil jalan Tengah yang menghindari ekstremisme baik dalam pemikiran maupun perbuatan.
Indikator Moderasi yaitu adanya komitmen kebangsaan, sikap toleransi, anti kekerasan dan bisa adaptif dengan keberadaan budaya local.
“Negara saat ini sudah hadir dan UU Pondok Pesantren sudah sangat difasilitasi, kalaupun ada kekurangan maka kewajiban kitalah yang harus memperbaiki”
Dalam kesempatan tersebut, Ustadz Arif Siswanto dari Surakarta Jateng juga mengajak pengajar maupun tenaga pengasuh Yayasan Nurul Iman untuk tidak terdoktrin dengan menelan utuh pemahaman khilafah karena kita hidup sesungguhnya perlu mengedepankan akal realita saat ini bukan hidup pada jaman Khulafaur Rasyidin.
“Ada dua esensi agar sistem Pemerintah bisa berjalan langgeng yaitu adanya kepastian hukum dan berkeadilan yang keduanya harus berjalan secara beriringan,” ucapnya.
Ditambahkan juga selain itu proses reintegrasi bagi rekan sesama, membutuhkan waktu dan trust yang baik serta pikiran akan terbuka dengan mau membuka dialog menerima saran masukan, maka untuk menghindari kekerasan dalam Islam, perlu tumbuh kesadaran dan perlunya menghindari pelanggaran hukum dengan tidak membangun kekuatan untuk menggulingkan kekuasaan negara dan tidak membuat/menyebarkan hate speech (ujaran kebencian) melalui dakwah yang santun dan berpolitik secara bermartabat.
Hal senada melalui Himbauan Kamtibmas disampaikan oleh Kapolsek Genuk Kompol Rismanto S.H yang berpesan agar para pengajar dan pengasuh Ponpes dapat menjaga para santri terutama mencegah terjadinya kekerasan fisik secara berlebihan oleh kakak kelas dan kekerasan seksual dilingkungan Ponpes.
Dalam rangka menjelang Perayaan Malam Takbir hendaknya membatasi penggunaan sound system secara berlebihan (istilah sound Horeg) dan antisipasi tawuran pelajar dengan fenomena perang Sarung dan gangster jalanan.